Krisis
Ekonomi Eropa
- Krisis Ekonomi
Eropa
Krisis
utang yang melanda zona Eropa menjadi babak baru ekonomi negara-negara Eropa menuju resesi.
Krisis ini pada perkembangannya melanda
hampir seluruh negara-negara Eropa pengguna mata uang Euro. Krisis yang berawal
dari kredit macet di Yunani yang kemudian berdampak luas bagi negara-negara
Eropa lain. Negara-negara penyokong ekonomi Eropa seperti Jerman, Perancis dan
Italia juga terkena imbas dari krisis tersebut.
Euro kemudian tertekan dan mengakibatkan penurunan angka pertumbuhan ekonomi
negara-negara di zona Euro.
Sebelum
krisis ekonomi ini terjadi, perjalanan sejarah Uni Eropa sebenarnya nyaris
penuh dengan keberhasilan. Tahun 1995 hampir seluruh negara Eropa Barat bergabung.
Tahun 1998 sistem keuangan Eropa terintegrasi dalam mata uang tunggal: Euro. Tahun 2004 bertambah lagi 10
negara anggota baru. Mereka adalah negara-negara ex-komunis
Eropa Timur. Ini menjadikan Uni Eropa sebagai kekuatan ekonomi besar di dunia
sekaligus menjadi contoh organisasi regional terbaik di
dunia. Wajar saja kalau keberadaannya dikagumi oleh organisasi regional
manapun di dunia. Bahkan pada tahun 2012 Uni Eropa mendapatkan hadiah nobel untuk
perannya menyatukan benua biru tersebut (Reuters 2012).
Namun,
optimisme terhadap Uni Eropa berbalik dan membuat harapan itu goyah dengan
adanya krisis ekonomi yang mulai melanda Uni Eropa pada tahun 2008. Dampaknya masih
dirasakan hingga saat ini. Krisis ekonomi tersebut telah membuat Uni Eropa
mulai memasuki fase-fase sulit. Badai krisis yang dialami negara-negara Eropa
memiliki ‘efek domino’ terhadap negara-negara Eropa lain. Jika dilihat kembali
dari tahapan-tahapan integrasi menurut Ballasa (1963) Uni Eropa telah melewati
berbagai tahapan hingga terciptanya EMU dan mata uang tunggal. Hal ini
menandakan bahwa Eropa berada pada proses integrasi ekonomi yang terus
meningkat, bahkan dengan dikeluarkannya perjanjian Stability Growth Pact (SGP)1 pada 2003 dan ditanda-tanganinya Fiscal Compact pada awal 2012, tahapan
integrasi ekonomi ini sudah sepenuhnya terjadi .
Krisis
di Eropa merupakan dinamika rumit antara politik dan ekonomi. Seperti yang
telah kita ketahui bahwa kawasan Eropa secara global sedang mengalami krisis
moneter yang disebabkan hutang Negara Yunani kemudian merebak ke Irlandia dan
Portugal serta akhirnya imbasnya menimbulkan efek domino seperti yang
dijelaskan diatas. Istilah efek domino diambil dari analogi sebuah permainan
domino, dimana ketika satu domino jatuh kearah barisan domino selanjutnya
semuanya akan jatuh terus-menerus sampai akhirnya tak satupun domino berdiri.
Definisi dari analogi tersebut adalah penyebaran suatu perubahan yang dapat
menjalar terus-menerus dalam reaksi berantai sampai masalah tersebut dapat
dihentikan. Efek domino tersebut adalah keadaan yang terjadi pada krisis Yunani
masa kini. Keparahan efek domino tersebut dapat dilihat dari Negara-negara maju
yang telah dipengaruhi oleh krisis ekonomi Yunani dan potensi untuk krisis
ekonomi menjalar ke hampir seluruh kawasan Uni Eropa.
Krisis
Eropa yang diawali dengan kejatuhan perekonomian Negara anggota Uni Eropa yang
dipicu oleh melonjaknya beban utang dan defisit Negara anggota Uni Eropa
terutama Yunani. Pengeluran pemerintah yang begitu banyak serta keserakahan
beberapa Negara di Eropa seperti Yunani, Portugal, Irlandia, dan Spanyol
menyebabkan pemerintah kesulitan dalam membayar hutang khususnya kepada bank
dan lembaga keuangan lain dan tentunya hal ini akan menjalar ke pihak lain.
Kesaling-terkaitan antara berbagai bank
dan lembaga keuangan akan berdampak pada meluasnya dampak krisis keuangan ini
ke banyak Negara Eropa termasuk Jerman dan Perancis. Di luar Eropa, Negara yang
keuangan pemerintahnya tidak baik akan mudah terkena dampak ini, termasuk
Jepang. Terutama Negara-negara yang menggantungkan pada kegiatan ekspor impor
akan terkena dampak krisis ekonomi global ini.
China
dan India yang sering diharapkan sebagai “Negara Penyelamat” krisis ekonomi
global, karena pertumbuhan ekonomi mereka yang amat tinggi dalam sepuluh tahun
terakhir pun akan terkena dalam krisis ekonomi Eropa. Pertumbuhan ekonomi China
telah menurun, walau relative masih amat tinggi. Penurunan pertumbuhan ekonomi
China akan berdampak pada banyak Negara di Asia termasuk Asia Tenggara.
Kondisi
perekonomian Yunani yang morat marit pada akhirnya mendorong kekhawatiran pasar
bahwa kondisi tersebut akan berimplikasi ke Negara lainnya di Eropa, terutama
Eropa Selatan karena kelompok tersebut memiliki kondisi perekonomian yang
mirip, dimana rata-rata Negara tersebut memiliki rasio hutang terhadap PDB yang
besar, serta terperangkap oleh defisit anggaran yang tinggi dalam membiayai
sector publiknya. Krisis utang Eropa berasal dari Yunani, yang kemudian
merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga Negara tersebut memiliki utang yang
lebih besar dari GDP nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran Negara
lebih besar dari GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin
seru dibicarakan pada pertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF
akhirnya menyetujui paketbail out (pinjaman) sebesar €110 milyar untuk Yunani,
€85 milyar untuk Irlandia, dan €78 milyar untuk Portugal. Kekhawatiran akan
tetap terjadi meskipun berhenti sejenak, ketika efek krisis ekonomi Eropa ini
cukup berdampak kepada IHSG, yang ketika itu anjlok besar-besaran dari 2,971 ke
posisi 2,514.
Krisis
yang menakutkan dunia itu berakar pada kegagalan Uni Eropa untuk memperbaiki
perbankannya yang sebenarnya perekonomian Eropa belum sepenuhnya sembuh kembali
dari krisis global tahun 2007 dan tidak pernah sepenuhnya menangani semua
tantangan yang dihadapi sistem perbankan mereka. Melihat secara umum bentuk
persoalan krisis yang dihadapi eropa tersebut, dapat dikelompokkan menjadi 4
dilema besar yang mengakibatkan kondisi perekonomian eropa menjadi carut-marut,
yaitu :
- Debitur vs kreditor
Eropa
dihadapkan dengan menggemuknya utang pemerintah dan swasta yang banyak
diantaranya yang tidak membayar dan menjadi ancaman ketika bertabrakan pada
persoalan seberapa besar utang yang akan di-write off dan siapa yang akan
bertanggung jawab atas itu. Serta jika kredit macet dihapus, artinya ada pihak
yang harus menanggung rugi. Inilah alasan utama hilangnya kepercayaan pada
sistem perbankan Eropa.
- Penghematan vs pertumbuhan
Eropa
harus bisa memacu pertumbuhan ekonomi saat melakukan penghematan fiskal. Dimana
setiap Negara yang dilanda krisis terus menciutkan anggaran belanja dan agar
pendapatan naik, pemerintah harus rela mengorbankan rakyat dengan memungut
pajak yang amat menyakitkan. Masalahnya adalah penghematan berarti membunuh pertumbuhan
ekonomi seluruh Eropa. Meskipun mendapatkan sedekah pajak, pada kenyataannya
pertumbuhan ekonomi lemah, sulit bagi pemerintah untuk menekan pinjaman mereka,
bahkan membayar kembali utang yang ada.
- Disiplin vs solidaritas
Pandangan
Jerman pada krisis zona euro sangat sederhana. Pemerintah Eropa Selatan yang
memberikan suku bunga tinggi harus dihukum dan harus belajar disiplin. Jerman
menginginkan, Eropa Selatan memasukkan aturan-aturan yang ketat dalam
memutuskan besaran anggaran. Hal itu bermanfaat untuk menghentikan kecerobohan
di masa depan. Namun, aturan yang disertai denda atau penalti mungkin tidak
kredibel. Jerman merusak sendiri pakta stabilitas dengan melindungi mereka atas
nama solidaritas euro. Tujuannya adalah menjaga euro menjadi mata uang tunggal
yang stabil.
- Eropa vs tiap Negara
Krisis ekonomi negara sebenarnya dibangun di atas kekuatan mata
uang, kondisi keuangan yang aman, dan laju ekspor yang kuat. Namun, pemilihan
euro sebagai mata uang tunggal Uni Eropa tak semudah skenario awal. Eropa
Selatan menyimpulkan, penyatuan tersebut menimbulkan inflasi dan mahalnya biaya
hidup di sana.
Sejak awal berdirinya pada 1950-an, Uni Eropa telah berjalan dan
dikendalikan oleh klub pemerintah nasional. Proses politik menjadi salah satu
isu tawar-menawar di balik pintu tertutup. Isu-isu terus disuplai ke beberapa
negara pemilih dengan nama kepentingan nasional. Akibat penyatuan ini, setiap
kebijakan harus disetujui oleh 17 pemerintahan dan diratifikasi oleh 17
parlemen. Uni Eropa pun akhirnya dinilai lamban menuntaskan masalah keuangan
karena harus melibatkan persetujuan banyak pihak.
a.
Krisis eropa merupakan bentuk krisis utang yang
berasal dari Yunani, yang kemudian menjalar ke Irlandia dan Portugal serta
menimbulkan efek domino ke beberapa Negara Uni eropa lainnya. Yunani jika
dilihat dari kaca mata sejarah merupakan negara dengan peradaban yang sangat
berkembang pesat tetapi saat ini ketika melihat Yunani maka yang didapati
adalah sebuah negara dengan corruption perceptions index berada pada peringkat
71 dari 180 negara. Adanya ketidak jujuran pemerintah Yunani yang mengutak-atik
nilai pertumbuhan ekonomi makro-nya pun merupakan awal jatuhnya
perekonomian Yunani di mana pemerintah Yunani berusaha menutup-nutupi angka
defisit negara yang disebabkan oleh banyaknya kasus penggelapan pajak, yang
diperkirakan telah merugikan negara hingga US$ 20 milyar per tahun. Dan pada
awal tahun 2000-an, tidak ada yang memperhatikan fakta bahwa utang Yunani sudah
terlalu besar. Malah dari tahun 2000 hingga 2007, Yunani mencatat pertumbuhan
ekonomi hingga 4.2% per tahun, yang merupakan angka tertinggi di zona Eropa,
hasil dari membanjirnya modal asing ke negara tersebut. Keadaan berbalik ketika
pasca krisis global 2008 dimana negara-negara lain mulai bangkit dari resesi,
dua dari sektor ekonomi utama Yunani yaitu sektor pariwisata dan perkapalan,
justru mencatat penurunan pendapatan hingga 15%. Orang-orang pun mulai sadar
bahwa mungkin ada yang salah dengan perekonomian Yunani.
b.
Di Irlandia sendiri sedang terbelit imbal hasil
(yield) surat utang (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah. Serta keadaan
anggaran Negara yang mengalami defisit hingga sebesar 32 persen terhadap produk
domestik bruto tercatat sebagai defisit anggaran terbesar di kawasan Eropa.
Melihat fakta tersebut, sangat wajar kalau krisis Irlandia mulai menebar
kekhawatiran global. Sebab posisi keuangan Irlandia yang tidak stabil tersebut
berisiko tinggi terhadap gagal bayar obligasi yang diterbitkan pemerintah.
c.
Adapun keadaan Portugal yang tidak jauh berbeda
dengan keadaan Yunani yang terbelit hutang, mengakibatkan ketidakstabilan
ekonomi yang berefek terhadap kehidupan politik dan sosial di Portugal.
Di langsir, akibat krisis hutang tersebut 90% pekerja gabungan dari
pekerja kantor pos, rumah sakit, dan pengajar, melakukan pemogokan guna
menentang perluasan langkah penghematan pemerintah di dalam anggaran ketat
2012 dengan tujuan membantu negeri itu membayar utangnya.
d.
Selain Irlandia dan Portugal, kini perluasan
krisis eropa telah menjalar ke Italia seiring melonjaknya tingkat imbal hasil
surat utang pemerintah. Tingkat imbal hasil surat berharga tersebut melonjak
hingga 7,502 persen, tertinggi sejak euro diperkenalkan pada tahun 1999.
Mengakibatkan para investor terpaksa menjual surat-surat berharga Italia setelah
kustodian Eropa menaikkan kolateral yang dibutuhkan untuk meminjam dengan surat
utang itu. Investor pun semakin khawatir ketidakstabilan kondisi politik
setelah mundurnya Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi bisa menyebabkan
reformasi ekonomi tertunda.
Tidak
hanya pada keempat Negara di atas, krisis ekonomi yang terjadi di eropa
sekarang semakin terasa mempengaruhi negara-negara anggota uni eropa lainnya,
seperti Spanyol hingga “meracuni” Prancis. Kisruh ketidakstabilan ekonomi
tersebut pun semakin menghawatirkan negara-negara eropa bagian utara khusnya
Jerman yang memiliki peran penting dalam mekanisme perekonomian anggota uni
eropa agar lebih bekerja ekstra mengamankan euro sebagai mata uang
anggota uni eropa hingga tidak terpuruk pada nilai terendah. Sehingga untuk
saat ini yang ditunggu adalah bagaimana upaya uni eropa dapat mengatasi imbas
krisis yang semakin menggunung.
Kondisi
global menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa setelah krisis
keuangan Amerika Serikat pada tahun 2008. Krisis keuangan Eropa berawal dari
defisit anggaran pemerintah yang semakin besar di negara-negara kawasan Eropa
terutama negara-negara lapisan pertama yaitu Yunani, Irlandia, dan Portugal. Sementara itu melebarnya
defisit anggaran pemerintah dibarengi dengan rasio hutang per PDB yang
menyebabkan kemampuan memperoleh pembiayaan defisit terbatas. Tidak
berfungsinya kebijakan moneter dalam kawasan Euro, terbatasnya ruang gerak
fiskal, serta tidak terlihatnya upaya pemulihan, mendorong perlambatan bahkan
penurunan perekonomian pada beberapa negara kawasan Eropa.
Besar
kemungkinan terjadinya perambatan krisis keuangan Eropa. Krisis keuangan Eropa
dikhawatirkan dapat melebar tidak hanya di kawasan Eropa bahkan global. Proses perambatan krisis keuangan Eropa
diperkirakan bersumber dari sistem perbankan yang saling terkait dan kompleks
didalam kawasan Eropa maupun dengan luar kawasan Eropa seperti Amerika dan
Jepang. Dengan demikian, pada saat satu
Negara pada lapisan pertama (Yunani, Irlandia, Portugal) mengalami
default, maka akan mempengaruhi perbankan negara lain terutama Perancis.
Kedalaman
krisis keuangan Eropa yang menjadi krisis global dikhawatirkan akan memberi
dampak negatif yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Hingga saat ini,
perekonomian Indonesia masih terjaga meskipun mengalami sedikit gejolak pada
sektor finansial. Kedalaman krisis pada jangka waktu pendek (seketika)
diperkirakan mendorong aliran modal keluar besar-besaran terkait dengan
ketidakpercayaan pada sistem finansial dunia. Dampak aliran modal keluar inilah
yang perlu diwaspadai karena dapat menurunkan
confidence terhadap perekonomian Indonesia. Apabila Indonesia mampu
meredam gejolak jangka pendek (seketika) maka
confidence perekonomian jangka menengah panjang dapat terjaga. Dalam
jangka waktu yang lebih panjang (menengah panjang), krisis global diperkirakan akan memberi dampak yang
besar pada sektor riil terutama perdagangan terkait perlambatan perekonomian
dunia terutama pada negara-negara maju. Krisis global tidak berpengaruh besar
terhadap jalur perdagangan langsung (direct trade) antara Indonesia dengan
Eropa maupun dengan Amerika Serikat. Namun jalur perdagangan tidak langsung
(indirect trade) Indonesia dengan Eropa dan Amerika akan terpengaruh melalui
China. China yang merupakan importir terbesar barang Indonesia diperkirakan
akan mengurangi impornya disebabkan permintaan negara-negara maju menurun
terhadap barang China.
Dibutuhkan
kebijakan pemerintah dalam menghadapi dampak krisis global. Beberapa kebijakan
pemerintah yang dapat dilakukan antara lain untuk menjaga market
confidence, mendorong sektor eksternal, memperkuat investasi dan meningkatkan
penajaman APBN. Market confidence dilakukan antara lain dengan menjaga stabilitas
moneter, nilai tukar, dan keberlanjutan fiskal sehingga menjadi daya tarik bagi
investor. Sektor eksternal dapat didorong dengan meningkatkan diversifikasi
pasar ekspor, meningkatkan daya saing
produk di pasar global dan domestik, menguatkan pasar dalam negeri, meningkatkan
nilai tambah produk ekspor, serta meningkatkan pengawasan barang impor illegal
dan konsumsi. Dari sisi APBN perlu dilakukan penajaman dan peningkatan
penyerapan anggaran sehingga dapat memberi dampak optimum terhadap
perekonomian. Selain itu, daya beli masyarakat perlu dijaga dengan penguatan kebijakan Program
Pro-Rakyat dan menjaga momentum pertumbuhan kelas menengah.
Kondisi
perekonomian negara-negara di kawasan Eropa mendapat tekanan yang berat
terutama dari sektor keuangan pemerintah yaitu berupa defisit anggaran yang relatif
melebar dan beban hutang yang meningkat. Lebih lanjut, penggunaan hutang yang
tidak efisien dan tidak terarah semakin memberi tekanan terhadap anggaran
pemerintah. Tekanan fiscal tersebut berdampak melemahnya ketahanan ekonomi
beberapa negara Eropa serta berkurangnya kesempatan kerja.
- Defisit fiskal per PDB negara-negarakawasan Eropa masih
tinggi (Tabel I)
Defisit
fiskal beberapa negara Eropa jauh melebihi 3,0 persen per PDB. Pada tahun 2010
pelebaran defisit fiskal terjadi pada negara Irlandia yang mencapai 32,4 persen
PDB lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 (defisit 14,3 persen PDB). Sedangkan
defisit fiskal negara Yunani dan Portugal pada tahun 2010 menurun menjadi 10,5
persen PDB dan 9,1 persen PDB dari sebelumnya sebesar 15,4 persen PDB dan 10,1
persen PDB di tahun 2009. Penurunan defisit Yunani pada tahun 2010 terkait
dengan persyaratan yang diajukan Troika (European Comission, IMF, dan ECB)
dalam pemberian bailout kepada Yunani. Defisit per PDB Negara Eropa lapisan
kedua yaitu Italia dan Spanyol tetap tinggi meskipun menurun dari 5,4 persen
dan 11,1 persen di tahun 2009 menjadi 4,6 persen dan 10,5 persen di tahun 2010.
Sementara itu, Negara penopang Eropa, Jerman dan Perancis, masing-masing
memiliki defisit fiscal sebesar 3,3 persen PDB dan 7,0 persen PDB.
- Beban hutang negara-negara Eropa meningkat seiring
dengan upaya menutup defisit fiskal yang tinggi (Tabel II).
Defisit
yang lebar serta penggunaan hutang yang tidak efisien dan terarah semakin
menambah beban hutang beberapa negara Eropa hingga lebih dari setengah PDB.
Negara Yunani, Irlandia, dan Portugal memiliki hutang per PDB yang lebih tinggi
dari tahun 2009 yaitu masing-masing sebesar 144,9 persen, 96,2 persen, dan 93,0
persen. Hutang pemerintah per PDB Negara lapisan kedua yaitu Italia dan Spanyol
masing-masing mencapai 119,0 persen dan 60,1 persen lebih tinggi dibandingkan
hutang negara-negara tersebut di tahun 2009 yaitu sebesar 116,1 persen dan 53,3
persen. Demikian pula kondisi hutang
negara penopang Eropa yaitu Jerman dan Perancis memiliki hutang per PDB yang
relatif tinggi yaitu sebesar 83,2 persen dan 81,7 persen pada tahun 2010.
- Ketahanan ekonomi negara-negara kawasan Eropa mulai
melemah (Tabel III).
Kondisi
pelemahan perekonomian dicerminkan pada
perlambatan pertumbuhan ekonomi serta kondisi kesempatan kerja yang
berkurang. Pada triwulan III tahun 2011, perekonomian kawasan Euro (17) tumbuh
melambat sebesar 1,2 persen (y-o-y) (Tabel III). Perlambatan ekonomi terjadi
pada hampir seluruh negara-negara Eropa termasuk Jerman dan Perancis sebagai
Negara penopang Eropa. Sedangkan penurunan perekonomian dialami oleh Yunani dan
Portugal. Penurunan perekonomian yang terjadi di Yunani terutama disebabkan
oleh kebijakan fiskal yang bersifat kontraktif sebagaimana ketentuan Troika
yaitu melakukan pemotongan pengeluaran pemerintah dan peningkatan pajak
keuntungan sehingga memberi disinsentif bagi perusahaan untuk melakukan perluasan
produksi.
- Tingkat pengangguran di beberapa negara Eropa masih
tinggi (Tabel IV).
Tingkat
pengangguran di Eropa meningkat sejak awal krisis keuangan melanda Amerika
Serikat dan Eropa pada tahun 2008. Tingkat pengangguran mencapai dua digit
terutama pada negara-negara lapisan pertama yang terkena krisis. Tingkat
pengangguran di Yunani mencapai 18,3 persen pada bulan Agustus 2011 atau
bertambah sebesar 10,6 persen poin sejak
awal krisis tahun 2008. Sementara itu, Spanyol juga menghadapi kondisi serupa
dimana pada bulan Oktober 2011 tingkat pengangguran mencapai 22,8 persen, 11,5
persen poin lebih tinggi dibandingkan tahun 2008. Angka pengangguran di Jerman
yang sempat meningkat pada tahun 2009 sebagai imbas krisis keuangan pada tahun
2008 dapat diturunkan kembali hingga mencapai 5,5 persen pada bulan Oktober 2011
- Dampak Krisis Ekonomi Eropa dan Global Terhadap
Indonesia
Mengingat perekonomian Indonesia yang semakin terbuka, maka
Indonesia rentan terhadap gejolak (shock) eksternal yang membawa dampak
terhadap kondisi ekonomi dan sosial di Indonesia. Krisis keuangan Eropa dan AS
memiliki dampak terhadap sektor keuangan domestik, kondisi perekonomian Global
serta gejolak harga yang selanjutnya memberi dampak terhadap perekonomian
domestik . Pengaruh krisis Global terhadap perekonomian domestic mengalir
melalui beberapa kemungkinan transmisi yaitu:
1.
transmisi moneter dan keuangan melalui perubahan
suku bunga, nilai tukar mata uang, kredit, dan yield surat utang pemerintah;
2.
transmisi fiscal seperti utang luar negeri;
3.
transmisi perdagangan berupa ekspor dan impor;
4.
transmisi investasi berupa FDI dan Portfolio dan
5.
transmisi komoditas berupa perubahan harga
komoditas.
Dampak krisis keuangan Eropa dan AS ke pasar keuangan dalam negeri
berupa perubahan harga saham dimana pasar bereaksi terhadap berita dan kondisi
eksternal dan internal. Kemudian nilai tukar juga mengalami pelemahan karena
adanya aksi jangka pendek investor menarik portfolionya. Selain itu, dampak
lainnya adalah kenaikan yield surat
utang pemerintah karena dipengaruhi oleh sentimen Global akibat adanya
ketidakpastian di pasar Global serta
kemungkinan adanya pengetatan kredit
bila terjadi resesi ekonomi Global.
Pada akhirnya, dampaknya terhadap ekonomi domestik akan terasa
pada sector riil dimana volume dan nilai ekspor dapat mengalami penurunan,
investasi menurun dan pendapatan masyarakat melemah. Krisis Global juga pada
gilirannya juga akan mempengaruhi inflasi domestik dimana arah dan magnitudenya
tergantung pada beberapa hal seperti perubahan harga komoditas, perubahan nilai
tukar dan imported inflation. Adanya kemungkinan perlambatan perekonomian dan
gejolak inflasi akan berpengaruh kepada tingkat kesejahteraan masyarakat. Kondisi
tersebut membawa dampak pada sisi fiskal yaitu meningkatnya kebutuhan
pembiayaan pemerintah dalam menggerakkan perekonomian nasional maupun untuk
mendukung langkah-langkah kebijakan pemerintah dalam upaya penurunan kemiskinan
dan pengangguran.
Secara ringkas, pengaruh krisis Eropa terhadap Indonesia dapat
dilihat melalui dua tahap berdasarkan kedalamannya yaitu:
a.
saat kondisi krisis belum terlalu dalam, dan
b.
saat kondisi krisis semakin dalam.
Pengaruh krisis pada saat kondisi krisis belum terlalu dalam dapat
dilihat pada perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini. Sedangkan,
pengaruh terhadap perekonomian Indonesia pada saat krisis Eropa sudah semakin
dalam terkait dengan jangka waktu.
Daftar Pustaka